09.30 ... baru aja naruh badan ini di kursi, hidupkan komputer, ngaca sebentar *narsis tetep*.. tiba2 si gendut 6600 ku bunyi .. soundtracknya Casino Royale -You Know My Name.. heem, unregistered number nih.
"Hei.. baru dateng ya?"
"He eh.. tumben telpon pagi2, abis nangis ya Lo?"
"Hehehe, iyah.. sibuk ga?"
"Telpon kantor aja ya, kuping gw panas kalo terima telpon kelamaan di hp"
"Okeh.. need you badly"
Bener deh dugaanku. Lama bener jek terima curhatan.. kalah deh MQ- Aa Gym *aduuh, plis deh.. nama itu tersebut juga..huh* dan untung udah diantisipasi gak ngobrol via hp, bisa meradang kupingku.
Sebutlah dia dengan si X. Wanita, 30 thn, bekerja, menikah & sedang berusaha punya anak. Mulai berpacaran sejak SMA dengan lelaki yang sekarang dinikahinya. Kebetulan pula, kami ini sahabat SMA dan si suami ini adalah anak SMA tetangga. Klasik yah :D.
"Elo sih enak Den, laki lo bener-bener orang baru di hidup lo *trus.. dosa gw gitu?*, gak kayak gw yang hidup gw rasanya udah merasuk sama kehidupan suami gw saking lamanya pacaran, jadi gw ga ada pilihan."
Aneh ya..
Curhatannya kok terdengar seperti penyesalan buat telingaku. Penyesalan bahwa lelaki yang menjabat sebagai suaminya sekarang adalah orang yang sejak dulu dia kenal, hampir 15 tahun. Lah, bukan harusnya dia merasa bersyukur? Itu artinya dia dan suaminya sudah saling mengenal sedalam-dalamnya. Oh.. atau aku salah ya?
X ini merasakan kejenuhan yang amat sangat luar biasa dalam pernikahannya dan sekarang putus asa mencari jalan keluarnya. Jesus, mereka bahkan belum 1 tahun loh menikah. Aku cuma bisa diam. X meratap-ratap harus bagaimana-ada solusikah.. aku ga tau harus jawab apa.
Aku masih ingat, masa SMA dulu.. di mana belum ada satupun belalang berkelamin lelaki yang tertarik sama aku, karena ya secara fisik, aku kan kurang menarik *dulu loooh..* plus jaman SMA hormon testoteron lelaki lagi di puncaknya, jadi sutralaah yang menarik buat mereka hanya wanita-bertubuhbakgitar-berdadapenuh-berambutpanjang. What else? :D
Nah, X ini termasuk salah satu yang laku keras. Badan langsing, wajah manis dan rambut hitam panjang. Sempet iri juga sih, tapi ga terlalu dipikirin, karena dia one of my best friends. Banyak lelaki yang naksir-banyak yang suka, sampai akhirnya dia di 'tembak' (hayaaa.. basanya) sama anak SMA tetangga yang ga sengaja dikenal via temannya. Mereka berpacaran. Dunia indah. Berangkat & pulang sekolah terjamin, malam minggu ga sepi.. sip deh. Aku sih cuma kebagian denger ceritanya, untung ga sampe ngeces *hahaha*.
Lalu kami lulus SMA dan beda kampus. Dia jauh di Depok sedangkan aku di tengah hiruk pikuk Jakarta, Sudirman. Dan satu2nya penghubung kami hanya telpon. Itu pun tidak rutin. Namun ketidakrutinan itu membuat aku sadar, bahwa tidak ada nama lelaki lain selain si pacar SMA itu yang disebut2 sedangkan dia cukup aku pusingkan dengan nama pasangan yang selalu baru, kadang suka ketuker nama dan akhirnya bingung sendiri. Hihi. Sempat juga aku tanyakan, apakah tidak merasa jenuh pacaran sekian lama, kenapa tidak cepat-cepat diresmikan saja atau cari pacar baru *jahat ya gw.. hihi*? Jawabannya, malas hunting lagi, keluarga sudah saling mengenal dengan baik, mama udah sayang banget sama dia. Ehm.. menurut aku, she has made her choice. Toh, aku menikah lebih dulu di tahun 2004 dan dia menyusul di awal 2006 ini.
Mendengar curhatan X ini, .. aku merasa bersyukur. Karena Tuhan tidak mengijinkan aku berpacaran waktu SMA dulu. Karena aku dibimbing ortu yang wise dan moderat. Karena aku dibiarkan pacaran-putus-sakit hati-hunting lagi-pacaran. Karena aku diperkenalkan dengan bermacam2 sifat lelaki sampai aku matang menentukan guideline suami idealku. Karena aku diberikan pilihan dan diijinkan untuk memilih.
Ibu ku pernah berkata begini waktu masa pacaranku dengan pacar pertama memasuki tahun kedua, "Nik.. kamu yakin dengan pilihanmu? kamu yakin dia yang terbaik buat kamu? apa kamu ga mau liat dunia sekitarmu dulu?". Dulu sempat sedih juga dengar omongan itu, Lah.. Ibu ini gimana sih ya, bagus2 awet malah nyuruh putus. Tapi sekarang.. duh, I Love U Mom. Thanks for the warning.
Buat aku, pernikahan adalah perjalanan bukan tujuan. Awal dari perjalanan baru, yang sebelumnya dijalani sendiri lalu dijalani berdua. Medannya tentu saja lebih berat, karena itu diperlukan visi-misi, rencana yang matang, kompromi dan kerja sama dari kedua belah pihak. Dan sebelum menyusun semua kekuatan, sudah jadi hak aku dong untuk memilih Jendral yang terbaik?
So my friend X, maybe you should turning back and search within your marriage.. do you have your own vision and mission ?